Materi Budaya Hidup Sehat (Bahaya, Penularan, dan Pencegahan HIV/AIDS)
A. Pengertian HIV dan AIDS
Penyakit HIV/AIDS adalah salah satu penyakit mematikan di dunia. Penyakit ini sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kematian. Penularan penyakit AIDS melalui penerapan pola pergaulan bebas yang banyak menerapkan kebiasaan tidak sehat yang dapat memicu terjangkitnya penyakit AIDS.
Agar kita bisa menghindari penularan penyakit AIDS maka kita harus mengenal banyak bahaya penyakit HIV/AIDS bagi kesehatan. Sebagai generasi muda kita harus aktif dalam kegiatan untuk mencegah penularan HIV/AIDS.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus penyebab AIDS. AIDS merupakan singkatan dari acquired immunodeficiency syndrome, yaitu kumpulan berbagai gejala menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
B. Bahaya Penyakit HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit berbahaya dan mematikan. Bahaya dari penyakit AIDS antara lain sebagai berikut.
- Belum ditemukannya obat AIDS menjadikan penyakit ini sangat membahayakan dan mematikan. Hilangnya kekebalan tubuh pada penderita HIV menyebabkan serangan penyakit ringan pada penderita AIDS menjadi sangat berat dan mematikan.
- Menjadi salah satu penyebab kematian. Menurut perhitungan WHO (1992) tidak kurang dari 3 orang di seluruh dunia terkena infeksi virus AIDS setiap menitnya, dan yang mengerikan adalah jumlah penderita 70% adalah kalangan pemuda usia produktif.
- Menyebabkan depresi sehingga bisa menyebabkan kegilaan. Beratnya penyakit AIDS menyebabkan penderitanya mengalami stres berat yang tak jarang mengarah pada kegilaan.
- Menyebabkan bunuh diri. Jika seseorang menderita penyakit ini akan menimbulkan depresi yang mendalam, semangat hidupnya rendah, dan hilangnya kepercayaan diri. Permasalahan ini telah banyak memakan korban jiwa oleh sebab itu penyakit HIV/AIDS menjadi salah satu pemicu terjadinya bunuh diri yang tentunya sangat memprihatinkan.
- Tekanan sosial dan ekonomi. Stigma negatif para penderita HIV AIDS sebagai yang dianggap "tidak bermoral" menyebabkan tekanan sosial yang sangat berat bagi penderitanya. Stigma ini tidak terlepas dari proses penularan HIV/AIDS melalui aktivitas-aktivitas bernilai negatif dalam masyarakat, seperti perilaku seks bebas, homoseksual, heteroseksual, narkoba dan sebagainya. Meskipun adakalanya penularan tanpa disadari terjadi melalui hal-hal sepele yang tidak disadari tanpa sengaja seperti penggunaan alat suntik. Terjangkitnya penyakit HIV/AIDS juga memberikan tekanan ekonomi yang luar biasa bagi penderita dan juga keluarganya. Pada umumnya orang yang terkena AIDS akan cenderung lemah dan tidak produktif secara ekonomi, sedangkan biaya pengobatan dan kebutuhan hidup membutuhkan biaya yang tinggi. Hal ini tentunya semakin mempersulit kehidupan penderita dan keluarga.
Ada beberapa cara penularan HIV AIDS yang diketahui yaitu sebagai berikut.
- Transfusi darah dari pengidap HIV.
- Berhubungan seks dengan pengidap HIV.
- Sebagian kecil (25 - 30%) ibu hamil pengidap HIV menularkan pada janinnya.
- Alat suntik atau jarum suntik, alat tato, dan tindik yang dipakai bersama penderita HIV/AIDS.
- Air susu ibu pengidap AIDS menularkan kepada anak susuannya.
- Wanita dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan dan melakukan hubungan seksual.
- Wanita dan pria tuna susila serta pelanggan mereka.
- Orang-orang yang melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, seperti hubungan seksual melalui dubur (anal), atau mulut misalnya pada homoseksual dan biseksual.
- Penyalahgunaan narkotika dengan suntikan menggunakan jarum suntik secara bersama-sama (bergantian) dan menato tubuh dengan jarum suntik secara bergantian.
- Bersenggolan dengan pengidap HIV.
- Berjabat tangan.
- Penderita AIDS bersin atau batuk di depan kita.
- Sama-sama berenang di kolam renang.
- Menggunakan WC bersama dengan pengidap HIV.
- Melalui gigitan nyamuk dan serangga lainnya.
Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam mencegah tertularnya HIV AIDS.
- Menghindari hubungan seks diluar nikah dan berganti pasangan.
- Seorang ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata positif HIV, sebaiknya menghindari kehamilan karena bisa menularkan virusnya kepada janin yang dikandungnya.
- Orang-orang yang tergolong kelompok perilaku resiko tinggi hendaknya tidak menjadi donor darah.
- Penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya seperti akupuntur, jarum tato, dan jarum tindik, hendaknya hanya sekali tidak secara bersama-sama dan harus terjamin kesterilannya.
- Menjauhi narkoba karena sudah terbukti bahwa penyebaran HIV/AIDS di kalangan pengguna narkoba suntik 3 - 5 kali lebih cepat dibandingkan perilaku berisiko lainnya.
- Menghindari kontak langsung dan dengan cairan cairan tubuh yang bisa menimbulkan HIV/AIDS.
Hingga saat ini belum ditemukan obat secara tepat dapat menyembuhkan penderita AIDS secara total. Pengobatan yang dibutuhkan seorang penderita AIDS diperlukan tidak saja untuk melawan infeksi sampingan yang muncul, tapi juga untuk mencegah komplikasi virus ini lebih lanjut dan untuk memperbaiki fungsi tubuh penderita akibat sistem kekebalannya yang sudah rusak. Ada beberapa jenis obat yang telah ditemukan yang berfungsi hanya untuk menghambat perkembangan virus HIV. Obat-obatan tersebut adalah AZT (azidothymidine), DDI (dideoxynosine), dan DDC (dideoxtidine).
Akan tetapi obat AZT, DDI, dan DDC ini belum menjamin proses penyembuhan. Obat-obat tersebut mungkin hanya memperpanjang hidup penderita untuk satu atau dua tahun saja karena sampai sekarang belum ada obat yang dapat membunuh virus ini secara total. Demikian juga cara perawatan yang optimal yang menyempurnakan kembali sistem kekebalan penderita AIDS belum ditemukan.
F. Tes HIV
Tes HIV adalah salah satu tes darah yang khusus dipakai untuk memastikan apakah seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak. Terjadinya infeksi HIV ini dideteksi dengan mengetes adanya zat anti atau disebut antibodi terhadap HIV di dalam darah seseorang. Terdapat dua macam tes yang saat ini sering dipakai untuk menentukan adanya antibodi HIV yaitu sebagai berikut.
- Tes secara Elisa (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Pemeriksaan adanya antibodi terhadap HIV secara Elisa pada umumnya dipakai untuk penyaringan adanya infeksi HIV atau skrining darah donor dan fungsi darah. Hasil positif dari tes Elisa ini perlu dipastikan dengan pemeriksaan lanjutan melalui tes secara Western Blot.
- Tes secara immunoblot atau Western Blot. Pemeriksaan secara Western Blot lebih spesifik terhadap HIV meskipun dari aspek pembiayaan lebih mahal dan lebih sulit dilakukan. Oleh sebab itu, cara Western blot tidak digunakan untuk penyaringan, tetapi untuk memastikan hasil tes Elisa.
Tes HIV wajib dilakukan terhadap darah transfusi, alat tubuh atau jaringan tubuh, dan sel telur atau sperma yang disumbangkan atau didonorkan. Namun tes HIV juga sebaiknya dilakukan pada mereka yang sebagai berikut.
- Mempunyai perilaku berisik berisiko tinggi.
- Pernah menjalani transfusi darah berapa tahun lalu.
- Tidak sembuh dari demam, batuk, dan diare yang lama.
- Mengalami penurunan berat badan yang banyak tanpa sebab yang jelas.
- Khawatir sudah tertular HIV.
Selain adanya dampak positif dari dilakukannya tes HIV ini, terdapat pula dampak negatif yang ditimbulkan yaitu bagi mereka yang diberi tahu hasil tes HIV positif, merasakan adanya masalah yang berat sehingga dapat terjadi gangguan emosi dan rasa terpukul yang hebat.
Agak berbeda dari tes-tes atau pemeriksaan laboratorium lain, maka ada persyaratan khusus untuk menjalani tes HIV yaitu sebagai berikut.
- Harus dilaksanakan dengan sukarela.
- Seseorang yang akan dites harus diberikan informasi yang lengkap dan benar mengenai tes HIV. Sesudah ia memahami benar benar mengenai tes, maka ia harus memberikan persetujuan tertulis (informed consent).
- Kepada orang yang akan menjalani tes harus diberikan konseling sebelum tes dan sesudah tes. Konseling ini dimaksudkan antara lain untuk membantu mempersiapkan mental penderita dan mengatasi masalah yang mungkin dihadapi.
- Hasil tes dirahasiakan.
sangat bermanfaat pak. makasih banyak
ReplyDelete